Mengapa Sebagian Besar Masyarakat Dari Suku Madyan Bekerja Sebagai Pedagang?

Mengapa Sebagian Besar Masyarakat Dari Suku Madyan Bekerja Sebagai Pedagang
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Islam lahir di tanah Arab, di mana masyarakatnya sangat dekat dengan dunia bisnis atau perdagangan. Sebelum Islam datang, bangsa Arab biasa menopang hidup dengan jual beli. Pasalnya, mereka tak memiliki sumber daya alam yang dapat dikelola untuk memenuhi kebutuhan hidup.

  • Sebagian besar tanah Arab merupakan kawasan tandus nan gersang.
  • Mereka tak dapat mengelola pertanian, kecuali di beberapa kawasan kecil yang lahannya subur.
  • Endati dipenuhi padang pasir, lokasinya sangat strategis di tengah-tengah belahan dunia.
  • Di sanalah pertemuan jalur perdagangan dunia antara Timur Jauh dan Barat.

Di darat, jalur perdagangan dari India melalui Asia Tengah kemudian ke Iran, Irak, dan Laut Tengah. Pun jalur laut, melalui teluk Arab dan sekitar jazirah ke Laut Merah. Tak heran jika kemudian perdagangan menjadi andalan perekonomian bangsa Arab. Dalam surat al-Quraisy Allah melukiskan satu contoh dari kaum Quraisy (leluhur Rasulullah dan petinggi bangsa Arab) yang telah mampu menjadi pemain global dengan segala keterbatasan sumber daya alam di negeri mereka.

  • Allah berfirman, “Karena kebiasaan orang-orang Quraisy.
  • Yaitu) kebiasaan melakukan perjalan dagang pada musim dingin dan musim panas.” Para ahli tafsir, baik klasik, seperti al-Thabari, Ibn Katsir, Zamakhsyari, maupun kontemporer, seperti, al-Maraghi, az-Zuhaily, dan Sayyid Qutb, sepakat perjalanan dagang musim dingin dilakukan ke utara, seperti Syria, Turki, Bulgaria, Yunani, dan sebagian Eropa Timur.

Sementara, perjalanan musim panas dilakukan ke selatan, seputar Yaman, Oman, atau bekerja sama dengan para pedagang Cina dan India yang singgah di pelabuhan internasional Aden. Philip K Hitti dalam History of the Arabs bahkan menyebut bangsa Arab sebagai pelaku hubungan internasional paling awal.

Menurutnya, kawasan semenanjung Arab telah dikenal baik bangsa Yunani dan Romawi karena lokasinya berada di jalur perdagangan mereka menuju India dan Cina. Penduduk Semenanjung Arab merupakan para pedagang perantara di laut-laut selatan, seperti halnya bangsa mediterania. Karena lokasi yang strategis inilah penguasa dunia, Romawi selalu berkeinginan mengekspansi tanah Arab.

Tujuannya, untuk menguasai rute perjalanan dagang yang dimonopoli bangsa Arab. Tapi, mereka tak pernah mampu menguasai orang-orang Arab. Mukhtar Yahya dalam bukunya Perpindahan Kekuasaan di Timur Tengah Sebelum Lahir Agama Islam menyebutkan, begitu banyak bangsa Arab kuno yang menguasai jalur perdagangan internasional.

  • Di antaranya, Tadmur, Saba’, Nabath, Himyar, dan sebagainya.
  • Sebagai contoh, orang Tadmur di Syam (sekarang Suriah).
  • Mereka terkenal sebagai penguasa perniagaan internasional.
  • Yahya mengatakan, di Kota Tadmur ini bertemu perdagangan dari Timur ke Barat, yakni dari Eropa menuju Mesopotamia.
  • Pun, perdagangan dari Selatan ke Utara, yakni pedagang bangsa Timur (Cina, India), menuju Barat (Eropa) melalui Yaman.

“Maka perdagangan internasional ini kesemuanya bertemu di Tadmur. Dengan perkataan lain, jadilah Kota Tadmur “Mutiara Padang Pasir” itu sebuah kota tempat bertemunya kafilah-kafilah perniagaan yang datang dari empat penjuru dunia yang terkenal di masa itu, pulang pergi,” kata Yahya.

Suku Madyan kebanyakan bekerja sebagai apa?

KISAH NABI – Rabu, 06 Mei 2020 17:02 WIB Ilustrasi: Kisah Nabi Syu’aib AS mengajarkan manusia bahwa Allah SWT tak akan menyukai orang-orang yang berbuat zalim dan memicu kerusakan di muka bumi. (Foto: IStock/AlSimonov) Jakarta, CNN Indonesia – Nabi Syu’aib AS diangkat menjadi seorang nabi untuk memberi peringatan pada kaum Madyan yang kerap berlaku curang.

Lewat kisah Nabi Syu’aib, kita tahu bahwa Allah SWT tak akan menyukai orang-orang yang berbuat zalim dan memicu kerusakan di muka Bumi. Suku Madyan merupakan kumpulan orang Arab yang tinggal di dekat Gunung Sinai, di negeri Syam atau yang saat ini dikenal dengan Suriah. Nabu Syu’aib juga merupakan bagian dari Suku Madyan.

“Dan kepada penduduk Madyan, Kami Syu’aib, saudara mereka sendiri,” bunyi firman Allah sesuai surat Al-A’raf ayat 85. Kaum Madyan diisi oleh orang-orang kafir yang berbuat kejahatan dan kecurangan. Mayoritas orang Madyan bekerja sebagai pedagang. Dalam berdagang, penduduk Madyan kerap melakukan penipuan.

Mereka mencari keuntungan dengan cara yang tidak benar seperti timbangan atau takaran yang dikurangi. Barang-barang yang dijual juga acap kali dipalsukan. Kondisi ini sangat meresahkan masyarakat saat itu. Nabi Syu’aib lalu memulai misi menyadarkan masyarakat Madyan. “Wahai kaumku! Sembahlah Allah. Tidak ada tuhan bagimu selain Dia.

Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan jangan kamu merugikan orang sedikit pun,” kata Nabi Syu’aib kepada kaum Madyan. Nabi Syu’aib juga mengajak kaum Madyan untuk berhenti berbuat kerusakan di Bumi.

Sebagian kaum Madyan lain bekerja sebagai petani. Namun, sering kali mereka berbuat kerusakan. Kaum Madyan juga tak percaya pada Allah. Mereka menjadikan Aikah atau sebidang tanah sebagai tuhan. Kaum Madyan juga kerap menakut-nakuti dan menghalangi orang yang hendak beriman. “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, harapkanlah hari akhir, dan jangan kamu berkeliaran di bumi berbuat kerusakan,” kata Nabi Syu’aib sesuai surat Al-Ankabut ayat 36.

Alih-alih didengarkan, kaum Madyan menolak mentah-mentah ajaran Nabi Syu’aib. “Wahai Syuaib! Apakah agamamu yang menyuruhmu agar kami meninggalkan apa yang disembah nenek moyang kami atau melarang kami mengelola harta kami menurut cara yang kami kehendaki? Sesungguhnya engkau benar-benar orang yang sangat penyantun dan pandai,” kata penduduk Madyan sesuai surat Hud ayat 87. Warga membaca Al Quran di Masjid Agung Suhada, Mamuju, Sulawesi Barat, Jumat (24/4/2020).


<h2 data-lazy-src=

Dalam berbagai riwayat menyebutkan kaum Madyan adalah kaum yang suka menumpuk harta dan curang dalam timbangan dagang. Mereka kerap kali mengurangi timbangan bahkan mengganti dengan barang palsu. Kaum Madyan juga tidak mempercayai adanya Allah SWT.

Bagaimana cara berdagang yang dilakukan kaum Madyan pada masa Nabi Syuaib?

Nabi Syuaib melarang praktik jual-beli curang. – Kaum Madyan merupakan kaum yang mayoritas berpofesi sebagai pedagang. Namun mereka selalu melakukan jual beli dengan curang, seperti mengurangi takaran dan timbangan. Mengetahui adanya kondisi yang salah, Nabi Syuaib pun menasehati kaumnya sebagaimana dalam surah Hud ayat 84-85; “Dan kepada (penduduk) Madyan (Kami utus) saudara mereka, Syu’aib.

  1. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia.
  2. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat).” Nabi Syuaib juga menekankan bahwa kecurangan tersebut bisa merugikan banyak orang, padahal barang tersebut merupakan hak pembeli.
You might be interested:  Mengapa Tangan Tidak Dapat Digunakan Sebagai Alat Pengukur Suhu?

Dan Syuaib berkata: “Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.” Tak hanya itu, kaum Madyan juga dikisahkan sering menghalang-halangi orang-orang yang beriman pada Allah.

  • Mereka duduk dan menakut-nakuti mereka agar ingkar dan tak mempercayai Nabi Syuaib.
  • Diterangkan lengkap dalam surah Al Araf ayat 85-86, Allah berfirman yang artinya; “Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syuaib.
  • Dia berkata, ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya.

Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya.

Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman. Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok. Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu.

Dan perhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Apa azab yang menimpa kaum Madyan sesuai yang dijelaskan ayat diatas?

Kaum Madyan Binasa karena Timbangan REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kehancuran dan musnahnya umat-umat terdahulu harusnya menjadi pelajaran bagi umat manusia. Sebab, kehancuran umat-umat itu diakibatkan oleh perbuatan mereka sendiri yang tak mau bersyukur atau mengimani akan kekuasaan Allah SWT.

  1. Dalam Alquran, kehancuran umat-umat terdahulu itu dijelaskan dengan sangat perinci, mengenai perilaku dan sifat-sifatnya.
  2. Misalnya, umat Nabi Luth (kaum Sodom) yang melakukan perkawinan dengan pasangan sesama jenis (homoseksual), kaum Tsamud (umat Nabi Saleh) yang tidak mempercayai Nabi Saleh AS sebagai seorang utusan Allah dan membunuh unta betina hingga mereka ditimpakan azab, berupa suara petir yang menggelegar dan menghancurkan rumah-rumah mereka.

Hal yang sama juga ditimpakan pada umat Nabi Syu’aib (kaum Madyan dan Aikah) yang senantiasa melakukan penipuan atau kecurangan dalam perdagangan. Dalam melaksanakan bisnis perdagangan, mereka (Madyan dan Aikah) ini selalu mengurangi timbangan dan takaran dari semestinya.

  • Enyataan ini pun banyak dijumpai pada zaman sekarang ini.
  • Banyak pedagang yang mengurangi timbangan dan takaran dalam transaksi yang mereka lakukan dengan para pembeli.
  • Perintah Allah kepada setiap pedagang.
  • ”Dan, tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan jangan mengurangi takaran itu.” (QS Arrahman: 9).

Dalam ayat lain, Allah menunjukkan perilaku dari para pedagang yang curang tersebut. ”Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.” (Al-Muthaffifin: 1-3).

  • Walaupun sudah diperingatkan berkali-kali untuk tidak melakukan perbuatan menipu dan kecurangan dalam perdagangan, kaum Madyan tetap pada pendiriannya.
  • Arena itulah, Allah SWT kemudian menurunkan azab kepada umat yang membangkang ini melalui sebuah gempa dan hawa panas (berupa dentuman dahsyat yang menggelegar) hingga mereka jatuh bergelimpangan (mati) di dalam rumahnya masing-masing.

(Al-A’raaf: 91). Itulah azab bagi orang-orang yang senantiasa melakukan kecurangan dalam perdagangan (bisnis). Kecurangan yang dilakukan kaum Madyan ini, menurut beberapa ahli tafsir, tidak hanya mengurangi takaran atau timbangan saja. Mereka juga senantiasa menimbun harta atau barang-barang yang diperjualbelikan.

Bila harga barang murah, mereka membeli sangat banyak dan menumpuk (menimbunnya) di rumah-rumah mereka. Lalu, ketika harga-harga naik (tinggi), mereka menjualnya dengan harga yang sangat tinggi (mencekik) kepada para pembeli. Selain itu, kaum Madyan ini juga seringkali melakukan kerusakan di muka bumi.

Kerusakan yang dibuat adalah dengan duduk-duduk di tepi jalan, dengan cara menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman ke jalan Allah. Padahal, Nabi Syuaib AS dan nabi-nabi lain yang diutus pada suatu kaum (umat) senantiasa memberikan peringatan kepada mereka.

Bagaimana kebiasaan kaum Madyan?

Selain syirik, ada kebiasaan buruk yang suka dilakukan kaum Madyan yaitu suka berbuat curang. Mereka mengurangi takaran dan timbangan jika mereka menjual suatu barang. Allah Swt, mengutus Nabi Syu’aib a.s. untuk menyeru mereka supaya menyembah hanya kepada Allah Swt., tidak menyekutukan-Nya.

Apakah keahlian yang dimiliki oleh kaum Madyan?

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebagaimana diterangkan dalam berbagai buku sejarah nabi dan rasul yang merujuk pada keterangan Alquran, Nabi Syuaib AS diutus oleh Allah SWT kepada kaum Madyan dan Aikah (QS Al-A’raf : 85, Alhijr : 78, dan Asysyu’ara : 176).

  • Aum Madyan adalah umat Nabi Syuaib yang suka melakukan kecurangan dalam perdagangan mereka.
  • Aum ini senantiasa mengurangi timbangan atau takaran.
  • Selain itu, kaum ini juga suka menakut-nakuti orang dan menghalang-halangi orang yang mau beribadah dengan duri di jalan-jalan.
  • Allah kemudian mengazab kaum Madyan dengan gempa hingga mereka mati dalam rumahnya masing-masing (QS Al-A’raf : 91).

Adapun kaum Aikah adalah penyembah hutan rimba dan pepohonan. Kaum ini ditimpakan azab berupa gumpalan awan panas. Mereka berusaha mendekati awan itu untuk berlindung dari panasnya suhu udara. Sebaliknya, semakin dekat mereka justru hawanya semakin panas selama tujuh hari berturut-turut.

Saking panasnya, air sumur mereka pun sampai mengering. Namun, di balik azab yang menimpa kaumnya, sebelum peristiwa itu terjadi, kaum Madyan terkenal sebagai kaum yang pandai. Mereka menggali dan memahat gunung-gunung sebagaimana dilakukan oleh kaum Nabi Saleh AS (Tsamud) untuk dijadikan rumah-rumah mereka.

Rumah-rumah gunung milik kaum Nabi Saleh itu hingga kini masih bisa disaksikan dan terdapat di Madain Saleh, sekitar 440 kilometer dari Madinah. Menurut sejumlah pendapat, Nabi Syuaib juga memiliki tempat tinggal yang sama dengan yang dimiliki kaumnya, yaitu di gunung-gunung yang digali atau dipahat dan dijadikan rumah atau gua.

Gua-gua Syuaib ini terkenal hingga saat ini dan dinamakan dengan Maghayir Syuaib (gua-gua Syuaib). Gua-gua Syuaib ini terdapat di Bada’ yang terletak sekitar 225 kilometer di sebelah barat daya Tabuk. Kawasan ini merupakan oase (wahana) kuno di Jazirah Arabia. Ptolemus, seorang sejarawan Yunani, menamakan tempat itu dengan Al-Ainiyah.

Di kawasan ini, juga terdapat peninggalan-peninggalan purba dari bangsa Nabatea dan lainnya, sebagaimana tertulis dalam ukiran-ukiran Lehyani. Reruntuhan dan puing-puing yang ada di sekitar lokasi tersebut, termasuk berbagai peninggalan dari kaum-kaum sebelumnya, jelas Sami bin Abdullah al-Maghluts, menunjukkan bahwa di tempat ini banyak kaum atau bangsa yang silih berganti menempati lokasi tersebut sepanjang masa perkembangan ekonomi dan cocok tanam pada beberapa abad sebelum masehi (SM). BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Mengapa kaum Madyan mendapat julukan Ashabul Aikah?

Azab kepada Kaum Aikah – Perkataan itu menandakan kesombongan kaum Aikah, mereka lupa bahwa Allah maha dari segala sesuatu. Setelah itu, Nabi Syu’aib As, meninggalkan negeri Madyan berserta pengikutnya. Beberapa hari setelah kepergian Nabi Syu’aib As beserta pengikutnya, terjadi keanehan di langit.

  1. Awan biru berubah menjadi hitam bergulung-gulung perlahan menangui negeri Madyan.
  2. Awan hitam itu menimbulkan hawa panas yang sangat menyengat hingga ke ubun-ubun mereka.
  3. Disusul dengan suara guntur yang mengeleggar dan genpa yang dasyat.
  4. Seketika itu, binasahlah peradaban kaum Aikah karena azab Allah.
  5. Peristiwa ini diabadikan dalam QS.
You might be interested:  Mengapa Dalam Membuat Iklan Harus Memperhatikan Rima?

Al-‘Araf ayat 91, yang berbunyi; فَاَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَاَصْبَحُوْا فِيْ دَارِهِمْ جٰثِمِيْنَۙ ٩١ Artinya: Lalu datanglah gempa menimpa mereka, dan mereka pun mati bergelimpangan di dalam reruntuhan rumah mereka.

Mengapa penduduk Madyan enggan mengikuti dakwah Nabi?

Jawaban: Para penduduk kafir sering berkelakuan buruk dengan sesama manusia, mereka sering menipu dalam urusan jual beli, dan sering mengurangi takaran dan timbangan. Maka Allah SWT mengutus seorang nabi dari kalangan mereka bernama Nabi Syuaib untuk mengajak mereka beribadah kepada Allah.Beliau mulai mengajak dan melarang kaum kafir untuk mengurangi takaran dan timbangan serta melarang melakukan pembajakan dan perbuatan buruk lainnya.

Perbuatan buruk apa saja yang dilakukan oleh kaum Madyan sehingga mereka mendapat azab yang pedih dari Allah?

Salah satu kebiasaan buruk kaum madyan ialah melakukan transaksi jual beli dengan cara tidak adil yaitu mengurangi timbangan atau takaran dalam berdagang. Kaum madyan merupakan umat di zaman Nabi Syuaib yang suka melancarkan aksi kecurangan mereka dalam urusan perdagangan. Pembahasan

Apa ancaman yang diberikan kaum Madyan kepada Nabi Syuaib jika terus berdakwah?

Merdeka.com – Nabi Syuaib merupakan nabi yang diutus kaum Madyan dan Aikah menurut Islam, dia diangkat menjadi nabi pada tahun 1550 SM. Nabi Syuaib dahulu tinggal di kota Madyan yang sekarang terkenal dengan sebutan Yordania. Pada saat itu, semua masyarakat di kota Madyan rata-rata kafir kepada Allah SWT dan melakukan berbagai kemaksiatan, seperti membajak dan merampas harta manusia yang kebetulan lewat di depan mereka.

  • Para kaum kafir tersebut juga menyembah pohon lebat yang sering mereka sebut dengan julukan Aykah.
  • Pohon tersebut dikelilingi semak berlukar.
  • Para penduduk kafir sering berkelakuan buruk dengan sesama manusia, mereka sering menipu dalam urusan jual beli, dan sering mengurangi takaran dan timbangan.
  • Melihat kejadian tersebut, maka Allah SWT mengutus seorang nabi dari kalangan mereka bernama Nabi Syuaib untuk mengajak mereka beribadah kepada Allah.

Beliau mulai mengajak dan melarang kaum kafir untuk mengurangi takaran dan timbangan serta melarang melakukan pembajakan dan perbuatan buruk lainnya. Allah berfirman, “Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syuaib. Dia berkata, ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya.

  1. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman.
  2. Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok.
  3. Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu.

Dan perhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan”. (QS Al-A’raf ayat 85-86) Nabi Syuaib adalah seorang laki-laki yang sangat jujur dan terpercaya di antara kaumnya. Beliau adalah orang yang selalu beribadah kepada Allad SWT dan mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada semua orang yang dia kenal.

  • Peringatan tulus sayang diberikan Nabi Syuaib kepada penduduk Madyan tidak dianggap sama sekali.
  • Mereka menganggap jika urusan perdagangan tidak ada kaitannya dengan keimanan.
  • Nabi Syuaib tidak pernah menyerah untuk terus berdakwah kepada kaumnya yang sesat.
  • Hingga pada suatu ketika, mereka mengancam Nabi Syuaib jika masih saja terus menerus mengusik cara mereka jual beli.

Mereka mengancam akan mengusir nabi Syuaib jika beliau tidak mau menyembah pohon akhyat dan benda benda mati seperti mereka. Dengan sombong mereka menantang nabi Syuaib untuk mendatangkan azab. Nabi Syuaib pasrah mendengar kau Madyan yang sombong. Lalu dia menyerahkan semua kepada Allah.

Mengapa kaum Madyan di azab oleh Allah Subhanahu Wa Ta Ala?

Umat Nabi Syu’aib (kaum Madyan dan Aikah)mendapat kan adzab dari Allah karena mereka senantiasa melakukan penipuan atau kecurangan dalam perdagangan. Dalam melaksanakan bisnis perdagangan, mereka (Madyan dan Aikah) ini selalu mengurangi timbangan dan takaran dari semestinya. Mereka juga sering menjual barang dengan harga yang mencekik pembeli

Siapakah kaum Madyan itu jelaskan?

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pada awal masa kenabian Musa AS, ketika ia meninggalkan negeri Mesir, Musa diperintahkan untuk menuju Madyan. Di negeri itu, tinggal Nabi Syuaib AS dan keluarganya. Ketika Musa sampai di sumber negeri Madyan, ia menjumpai sekelompok orang yang sedang meminumkan ternaknya.

Musa mendapati, di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang membawa ternaknya untuk keperluan yang sama, yaitu meminumkan ternaknya di sumber air tersebut. Musa lalu mendekati mereka dan kedua wanita berkata padanya, ”Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami) sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan (ternaknya), sedangkan bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya.” Musa lalu menolong keduanya dan meminumkan ternak milik kedua orang wanita tersebut.

Atas usaha Nabi Musa tersebut, kedua wanita itu lalu menyampaikan perihal bantuan yang diberikan Musa kepada orang tuanya (Syuaib AS). Dan, kedua wanita itu berharap agar orang tua mereka mengambil Musa sebagai pekerja untuk menggembalakan ternak mereka.

Alasannya, Musa sangat kuat dan dapat dipercaya (jujur). Singkat cerita, akhirnya Nabi Syuaib AS mengambil Musa sebagai menantunya. Dengan mahar menggembalakan ternaknya selama delapan tahun hingga 10 tahun. Kisah ini secara lengkap termuat dalam Alquran surah Alqashash ayat 23-28. Kisah serupa juga terdapat dalam kitab orang-orang Kristen, yaitu dalam kitab Keluaran 2: 15-22.

Dalam buku Qishash al-Anbiya’ (Kisah Para Nabi), Ibnu Katsir menjelaskan, peristiwa itu terjadi di negeri Madyan, sebagaimana keterangan ayat 23 surah Alqashash, Penduduk Madyan adalah satu kaum Arab yang tinggal di kota yang bernama Madyan. Kota tersebut terletak di daerah Ma’an, di ujung daerah Syam, di samping tepian Kota Hijaz, dan dekat dengan laut, tempat ditenggelamkannya kaum Luth AS.

Mereka muncul dalam rentang waktu yang sangat dekat dengan musnahnya kaum Luth. Prof Muhammad Yasin al-Khiyari dalam Mukhtasar Al-Ansab al-Anbiyaa’ menyatakan, tempat itu adalah Ma’an di Yordania yang merupakan tempat menetapnya kaum Madyan. Ada pula yang menyebutkan, lokasi sumur itu ada di Bada’, ibu kota Madyan.

Namun, Mahmud al-Qasim dalam Jughfariyah al-Qashash al-Qurni (Geografi Kisah-kisah dalam Alquran) menyebutkan, al-Bada’ bukanlah ibu kota Madyan sebagaimana dipandang mayoritas sejarawan. Madyan adalah nama sebuah kabilah yang terdiri atas anak keturunan Madin bin Madyan bin Ibrahim al-Khalil As.

  1. Nabi mereka adalah Syuaib, putra dari Mikyal bin Yasyjan.
  2. Dalam buku Atlas Sejarah Nabi dan Rasul karya Sami bin Abdullah Al-Maghluts, dijelaskan bahwa Nabi Syuaib AS adalah putra dari Mikael bin Yasyjar bin Madyan bin Ibrahim AS.
  3. Nabi Ibrahim memiliki anak sebanyak 13 orang, dua di antaranya adalah Ismail dan Ishak.
You might be interested:  Mengapa Sumber Sejarah Sangat Berarti Dalam Melakukan Penelitian Sejarah?

Sementara itu, Sayyid Quthb dalam tafsir Fi Zhilal Al-Qur’an menarjihkan bahwa orang tua yang ada dalam kisah ini bukanlah Nabi Syuaib AS, melainkan seorang tua yang beriman. ”Sebelumnya, saya sudah mengatakan bahwa orang ini adalah Syuaib. Saya pernah pula mengatakan bahwa orang itu barangkali Syuaib dan bisa pula bukan.

Menyembah apakah penduduk di negeri Madyan?

Info lainnya – Kamu tentu tahu Nabi Syuaib. Ia diutus untuk menyadarkan penduduk negeri Madyan. Penduduk disana menyembah Aikah. Aikah adalah sebidang tanah yang ditumbuhi hutan lebat. Seruan Nabi Syuaib untuk menyembah Allah tidak diindahkan. Azab pun turun di negeri Madyan.

Kepada siapa kaum Madyan menyembah?

Ilustrasi azab kaum Madyan. Foto: Pixabay. Kaum Madyan adalah kaum Nabi Syuaib yang mendapat azab dari Allah berupa badai petir dan gempa bumi. Kaum Madyan menyembah pohon besar sebagai Tuhan dan gemar melakukan perbuatan maksiat. Dikutip dari buku Riwayat 25 Nabi dan Rasul oleh Gamal Komandoko, kaum Madyan berasal dari anak keturunan Nabi Ibrahim yang tinggal di suatu daerah.

Daerah itu kemudian dinamakan Madyan. Tanah di wilayah Madyan terkenal subur. Hasil pertanian dan perkebunan pun melimpah ruah. Selain itu, penduduk Madyan adalah kaum yang cerdik dalam berdagang sehingga rata-rata kehidupan mereka makmur dan berkecukupan. Sayangnya, kehidupan rohani kaum Madyan jauh menyimpang dari kebenaran.

Hukum dan peraturan yang diajarkan Nabi Ibrahim ditinggalkan dan menciptakan hukum serta peraturan sendiri. Sebagai gantinya, mereka menyembah al-Aikah, sebuah pohon besar yang berdaun sangat rimbun. Keadaan masyarakat Madyan saat itu pun kacau balau. Kehidupan penduduk Madyan seperti hukum rimba.

Bagaimana sikap kaum Madyan setelah diajak nabi saw?

Bagaimana sikap kaum desa Madyan setelah diajak Nabi Syu’aib a.s. untuk beribadah kepada Allah swt ​ Jawaban: mereka menolak ajakan Nabi Syu’aib, bahkan mengejek dan mengancam beliau.

Dimana negeri Madyan sekarang?

Madyan terletak di dekat dengan kota Al-Bada, provinsi Tabuk, bagian barat laut Arab Saudi, sekitar 170 km dari Tabuk, terletak diantara 30-34, 30-35 LU dan 28-00, 29-00 BT.

Siapa penduduk Madyan itu?

Mereka adalah sejahat-jahatnya manusia dalam pergaulan sehari-hari. REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penduduk Madyan termasuk bangsa Arab. Mereka tinggal di kota yang disebut Madyan, terletak di bumi Ma’an, di ujung Syam, dekat dengan Hijaz dan dekat laut kaum Luth.

Dikutip dari Mukhtashar Al Bidayah wa An-Nihayah, mereka berasal dari bani Madyan bin Madyan bin Ibrahim Al Khalil Alaihissalam. Penduduk Madyan adalah orang-orang kafir. Mereka suka mengganggu orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Mereka adalah sejahat-jahatnya manusia dalam pergaulan sehari-hari.

Mereka menipu dalam takaran dan timbangan. Mereka mengambil lebih dan membayar kurang. Oleh karena itu, Allah mengutus kepada mereka seorang laki-laki dari golongan mereka sendiri. Dia adalah utusan Allah, Nabi Syuaib Alaihissalam. Ia menyeru mereka untuk beribadah hanya kepada Allah, yang tiada sekutu bagi-Nya.

Ia melarang mereka melakukan perbuatan-perbuatan buruk. Sebagian dari mereka beriman, namun kebanyakan tetap dalam kekafiran. Mereka diperingatkan dengan kejadian pada kaum Luth, sebagai suatu kaum yang paling dekat dengan mereka dari sisi waktu dan tempat. Akan tetapi, mereka tidak menyambut seruan itu.

Nabi Allah lalu berdoa untuk keburukan mereka dan Allah tidak menolak doa para utusan-Nya jika mereka meminta pertolongan dari tindakan jahat orang-orang kafir. Mereka pun dilanda gempa yang dahsyat, diperdengarkan kepada mereka teriakan yang sangat kuat, dan mereka ditimpa naungan yang disangka awan, padahal siksa.

Apa julukan pohon yang di sembah kaum Madyan?

Merdeka.com – Nabi Syuaib merupakan nabi yang diutus kaum Madyan dan Aikah menurut Islam, dia diangkat menjadi nabi pada tahun 1550 SM. Nabi Syuaib dahulu tinggal di kota Madyan yang sekarang terkenal dengan sebutan Yordania. Pada saat itu, semua masyarakat di kota Madyan rata-rata kafir kepada Allah SWT dan melakukan berbagai kemaksiatan, seperti membajak dan merampas harta manusia yang kebetulan lewat di depan mereka.

  1. Para kaum kafir tersebut juga menyembah pohon lebat yang sering mereka sebut dengan julukan Aykah.
  2. Pohon tersebut dikelilingi semak berlukar.
  3. Para penduduk kafir sering berkelakuan buruk dengan sesama manusia, mereka sering menipu dalam urusan jual beli, dan sering mengurangi takaran dan timbangan.
  4. Melihat kejadian tersebut, maka Allah SWT mengutus seorang nabi dari kalangan mereka bernama Nabi Syuaib untuk mengajak mereka beribadah kepada Allah.

Beliau mulai mengajak dan melarang kaum kafir untuk mengurangi takaran dan timbangan serta melarang melakukan pembajakan dan perbuatan buruk lainnya. Allah berfirman, “Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syuaib. Dia berkata, ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya.

  1. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman.
  2. Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok.
  3. Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu.

Dan perhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan”. (QS Al-A’raf ayat 85-86) Nabi Syuaib adalah seorang laki-laki yang sangat jujur dan terpercaya di antara kaumnya. Beliau adalah orang yang selalu beribadah kepada Allad SWT dan mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada semua orang yang dia kenal.

  • Peringatan tulus sayang diberikan Nabi Syuaib kepada penduduk Madyan tidak dianggap sama sekali.
  • Mereka menganggap jika urusan perdagangan tidak ada kaitannya dengan keimanan.
  • Nabi Syuaib tidak pernah menyerah untuk terus berdakwah kepada kaumnya yang sesat.
  • Hingga pada suatu ketika, mereka mengancam Nabi Syuaib jika masih saja terus menerus mengusik cara mereka jual beli.

Mereka mengancam akan mengusir nabi Syuaib jika beliau tidak mau menyembah pohon akhyat dan benda benda mati seperti mereka. Dengan sombong mereka menantang nabi Syuaib untuk mendatangkan azab. Nabi Syuaib pasrah mendengar kau Madyan yang sombong. Lalu dia menyerahkan semua kepada Allah.

Kepada siapa kaum Madyan menyembah?

Ilustrasi azab kaum Madyan. Foto: Pixabay. Kaum Madyan adalah kaum Nabi Syuaib yang mendapat azab dari Allah berupa badai petir dan gempa bumi. Kaum Madyan menyembah pohon besar sebagai Tuhan dan gemar melakukan perbuatan maksiat. Dikutip dari buku Riwayat 25 Nabi dan Rasul oleh Gamal Komandoko, kaum Madyan berasal dari anak keturunan Nabi Ibrahim yang tinggal di suatu daerah.

  1. Daerah itu kemudian dinamakan Madyan.
  2. Tanah di wilayah Madyan terkenal subur.
  3. Hasil pertanian dan perkebunan pun melimpah ruah.
  4. Selain itu, penduduk Madyan adalah kaum yang cerdik dalam berdagang sehingga rata-rata kehidupan mereka makmur dan berkecukupan.
  5. Sayangnya, kehidupan rohani kaum Madyan jauh menyimpang dari kebenaran.

Hukum dan peraturan yang diajarkan Nabi Ibrahim ditinggalkan dan menciptakan hukum serta peraturan sendiri. Sebagai gantinya, mereka menyembah al-Aikah, sebuah pohon besar yang berdaun sangat rimbun. Keadaan masyarakat Madyan saat itu pun kacau balau. Kehidupan penduduk Madyan seperti hukum rimba.

Releated

Mengapa Manusia Dilarang Durhaka Kepada Orang Tua?

Alasan kenapa durhaka kepada orang tua dilarang dalam agama islam adalah karena orang tua merupakan orang yang sangat berjasa bagi kita. Ibu yang melahirkan dan merawat kita dari kecil dan ayah yang merawat serta memberi nafkah buat kita. Tidak logis dan tidak baik bagi seseorang jika tidak membalas jasa kedua orang tua atau bahkan membantah […]

Mengapa Pembukaan Uud 1945 Dan Batang Tubuh Bersifat Kausal Organis?

Hubungan Kausal Organis Pembukaan dengan Batang Tubuh UUD 1945 – Pembukaan UUD 1945 meliputi suasana kebatinan yang diwujudkan dalam pasal-pasal dalam UUD. Dengan kata lain, suasana kebatinan UUD 1945 dijiwai dan bersumber dari dasar filsafat negara yaitu Pancasila. Hubungan langsung antara pembukaan UUD 1945 dengan batang tubuhnya bersifat kausal organis karena isi dalam pembukaan dijabarkan […]

Adblock
detector