Mengapa Manusia Dilarang Durhaka Kepada Orang Tua?
Alasan kenapa durhaka kepada orang tua dilarang dalam agama islam adalah karena orang tua merupakan orang yang sangat berjasa bagi kita. Ibu yang melahirkan dan merawat kita dari kecil dan ayah yang merawat serta memberi nafkah buat kita. Tidak logis dan tidak baik bagi seseorang jika tidak membalas jasa kedua orang tua atau bahkan membantah kedua orang tua.
Contents
- 0.1 Jelaskan apa yang dimaksud dengan durhaka kepada orang tua?
- 0.2 Apakah hukum anak yang durhaka kepada orang tua?
- 1 Apa akibat anak yang durhaka kepada orang tua?
- 2 Bagaimana contoh orang yang durhaka kepada orang tua?
- 3 Apa penyebab anak berani kepada orang tua?
- 4 Apakah orang tua berdosa jika membentak anaknya?
- 5 Mengapa seorang anak harus mendoakan kedua orang tuanya yang telah meninggal dunia?
Jelaskan apa yang dimaksud dengan durhaka kepada orang tua?
Durhaka atau berani melawan orangtua adalah salah satu dosa besar. Banyak riwayat yang menjelaskan bahwa Allah SWT melaknat siapapun yang menyakiti hati orangtuanya. Dikutip dari buku Du’a e Kumeil karangan Husein A. Rahim durhaka kepada orangtua atau uququl walidain artinya melanggar kewajiban terhadap orangtua.
Mengapa durhaka kepada orang tua termasuk dosa terbesar kedua setelah musyrik?
Jawaban: Setelah kita mengetahui dalil-dalil yang memerintahkan kita untuk birrul walidain (berbakti kepada orang tua)1, sekarang kita membahas kebalikannya yaitu durhaka kepada orang tua. Sebagaimana tingginya keutamaan dan urgensi birrul walidain, maka konsekuensinya betapa besar dan bahayanya hal yang menjadi kebalikannya yaitu durhaka kepada orang tua.
- Bahkan durhaka kepada orang tua adalah dosa besar.
- Ini secara tegas dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam: أكبرُ الكبائرِ : الإشراكُ بالله ، وقتلُ النفسِ ، وعقوقُ الوالدَيْنِ ، وقولُ الزورِ,
- أو قال : وشهادةُ الزورِ “dosa-dosa besar yang paling besar adalah: syirik kepada Allah, membunuh, durhaka kepada orang tua, dan perkataan dusta atau sumpah palsu” (HR.
Bukhari-Muslim dari sahabat Anas bin Malik). Dalam hadits Nafi’ bin Al Harits Ats Tsaqafi, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ألا أنبِّئُكم بأكبرِ الكبائرِ, ثلاثًا ، قالوا : بلَى يا رسولَ اللهِ ، قال : الإشراكُ باللهِ ، وعقوقُ الوالدينِ “maukah aku kabarkan kepada kalian mengenai dosa-dosa besar yang paling besar? Beliau bertanya ini 3x.
- Para sahabat mengatakan: tentu wahai Rasulullah.
- Nabi bersabda: syirik kepada Allah dan durhaka kepada orang tua” (HR.
- Bukhari – Muslim).
- Ternyata Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berkali-kali memperingatkan para sahabat mengenai besarnya dosa durhaka kepada orang tua.
- Subhaanallah!.
- Dan perhatikan, sebagaimana perintah untuk birrul walidain disebutkan setelah perintah untuk bertauhid, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya) : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.
Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua” (QS. An Nisa: 36). Maka di hadits ini dosa durhaka kepada orang tua juga disebutkan setelah dosa syirik. Ini menunjukkan betapa besar dan fatalnya dosa durhaka kepada orang tua. Namun perlu di ketahui, sebagaimana dosa syirik itu bertingkat-tingkat, dosa maksiat juga bertingkat-tingkat, maka dosa durhaka kepada orang tua juga bertingkat-tingkat.
Apakah hukum anak yang durhaka kepada orang tua?
Anak Durhaka Terhalang Mewarisi? Oleh : Teddy Lahati, S.H.I. PENDAHULUAN Contoh kasus :misalnya A adalah anak durhaka, A telah menganiaya orangtuanya hingga jatuh sakit. Orangtuanya memiliki banyak harta untuk diwariskan. Beberapa tahun kemudian orangtua si A meninggal karena sakit akibat penganiayaan si A, pertanyaannya apakah si A berhak menerima harta warisan tersebut? Dalam ilmu kewarisan, anak berhak untuk untuk menerima harta waris sebagaimana dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 174 ayat 2 bahwa apabila semua ahli waris ada maka yang mendapat warisan hanya: anak, ayah, ibu, janda atau duda,
Namun seiring dengan perkembangan zaman saat ini, secara realitas, tak bisa dipungkiri peristiwa-peristiwa yang diluar dugaan terjadi, misalnya anak yang tega menyakiti orangtuanya hingga masuk rumah sakit hingga peristiwa anak yang tega membunuh orangtuanya. Olehnya, Penulis mengangkat wacana ini, sebagai bahan diskusi dalam menemukan atau menerobos hukum sehingga menciptakan hukum baru.
Sehingga rumusan masalah yang penulis soroti dalam artikel ini apakah anak durhaka dapat mewarisi harta orangtuanya?, PEMBAHASAN Secara bahasa, kata al -‘uquuq (durhaka) berasal dari kata al-‘aqqu yang berarti al-qath’u (memutus, merobek, memotong, membelah).
Berkata ‘ah’ dan tidak memenuhi panggilan orang tua. Membentak atau menghardik orang tua. Bakhil, tidak mengurusi orang tuanya bahkan lebih mementingkan yang lain dari pada mengurusi orang tuanya padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan. Merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, ‘kolot’ dan lain-lain. Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua atau lemah. Tetapi jika ‘Si Ibu” melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya sendiri maka tidak mengapa dan karena itu anak harus berterima kasih. Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang tua. Mendahulukan taat kepada istri dari pada orang tua. Bahkan ada sebagian orang dengan teganya mengusir ibunya demi menuruti kemauan istrinya. Na’udzubillah. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan keberadaan orang tua dan tempat tinggalnya ketika status sosialnya meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam ini adalah sikap yang amat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista
Dalam al-Qur’an dan Hadits dijelaskan bahwa durhaka kepada kedua orang tua adalah haram dan termasuk dosa besar. Allah Swt, berfirman: Artinya:dan Tuhanmu menghendaki supaya kamu tidak menyembah kecuali kepada-Nya dan berbakti kepada kedua orang tua, jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya, sampai berumur lanjut dalam pemeliharaannmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.( QS.
Apa akibat anak yang durhaka kepada orang tua?
Ilustrasi pengaruh durhaka kepada orang tua dalam kehidupan anak. Foto: Unsplash. Dalam Islam, durhaka kepada orang tua termasuk dalam kategori dosa besar. Tidak hanya ancaman di akhirat, hukuman durhaka kepada orang tua bisa saja dipercepat oleh Allah SWT di dunia.
Beberapa fenomena kehidupan sehari-hari menunjukkan seseorang yang durhaka kepada orang tuanya hidupnya tidak akan bahagia. Berbagai masalah dan petaka muncul silih berganti, selagi orang tua yang ia sakiti tidak memberikan maaf. Dikutip dari buku Sepenggal Cerita Sejuta Makna oleh Abdul Wahid al-Faizin, hukuman durhaka kepada orang tua dijelaskan dalam hadits riwayat Al Hakim nomor 7345.
Rasulullah SAW bersabda: “Setiap dosa akan ditangguhkan oleh Allah hukumannya menurut kehendak-Nya sampai hari Kiamat, kecuali hukuman akibat durhaka kepada kedua orang tua. Karena sesungguhnya Allah akan menyegerakan siksaan kepada si pelaku sejak masih hidup sebelum matinya.” (HR.
al-Hakim) Sedangkan, tolak ukur durhaka kepada kedua orang tua sudah dijelaskan dalam surat Al Isra ayat 23 yang berbunyi: وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا Artinya: ” Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” Abdul Somad dalam bukunya Amalan Yang Paling Dicintai Allah menjelaskan, tolak ukur durhaka kepada orang tua juga ditegaskan dalam sebuah riwayat hadits berikut ini: Ada salah seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah SAW.
“Apakah ukuran durhaka kepada orang tua?” Rasulullah SAW bersabda, “Ketika mereka menyuruh ia tidak mematuhi mereka, ketika mereka meminta ia tidak memberi mereka, jika memandang ia tidak hormat kepada mereka sebagaimana hak yang telah diwajibkan bagi mereka.” (HR. Mustadrak Al-Wasail) Dari kedua dalil di atas, durhaka kepada orang tua tidak harus dengan berbuat kasar dan jahat.
Hanya dengan menunjukkan sikap bosan atau letih atas nasihat dan perintah mereka saja sudah tergolong durhaka. Begitu pula berkata kepada orang tua dengan nada tinggi, apalagi sampai keluar urat nadinya. Dapat disimpulkan, kedudukan orang tua bagi seorang anak sangatlah agung.
Itu sebabnya, ridha dan murka Allah tergantung pada ridha dan murka kedua orang tua. Jadi, apabila seorang anak durhaka kepada orang tua tentu akan membawa pengaruh negatif pada kehidupannya. Untuk mengetahui apa saja pengaruh durhaka kepada orang tua dalam kehidupan anak, simak ulasan berikut! Ilustrasi pengaruh durhaka kepada orang tua dalam kehidupan anak.
Foto:Thinkstock. Dikutip dari buku Akidah Akhlak Madrasah Aliyah Kelas X oleh H.
Bagaimana contoh orang yang durhaka kepada orang tua?
2. Membentak, mengeluarkan kalimat kasar, dan melakukan perbuatan yang membuat orangtua menangis – Freepik/gpointstudio Agama Islam selalu mengajarkan seorang anak menjaga perkataan dan perbuatan kita agar tidak menyakiti hati orangtua, apalagi sampai membuatnya menangis. Abdullah bin Umar bersabda: بكاء الوالدين من العقوق “Membuat tangisnya kedua orangtua adalah termasuk durhaka kepadanya.” (HR Bukhari).
Apa yang dimaksud dengan durhaka?
Ingkar terhadap perintah (Tuhan, orang tua, dsb.)
Apa penyebab anak berani kepada orang tua?
Tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya menjadi seorang pembangkang, apalagi kepada orang tuanya sendiri. Namun bagaimanapun, akan selalu ada polemik yang dihadapi setiap orang tua dalam masa tumbuh kembang anak, termasuk saat mereka berani melawan hal-hal yang tidak disetujuinya.
- Pada hakikatnya, ketika kecil anak belum memahami apa itu membangkang.
- Ia hanya berekspresi sesuai dengan apa yang ia rasakan.
- Namun, penanganan yang lamban atau tidak sesuai, bisa membuat sikap tersebut mendarah daging dan susah untuk diubah.
- Sehingga sampai anak remaja bahkan dewasa, anak terbiasa untuk melawan orang tuanya sendiri.
Berikut 4 faktor yang menyebabkan anak berani melawan orang tua.1. Kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak Faktor pertama yang melatarbelakangi anak berani melawan orang tua, yakni kurangnya komunikasi. Segala persoalan bisa diatasi dengan adanya komunikasi.
Sayangnya, memang ada beberapa anak yang kesulitan mengomunikasikan segala sesuatu kepada orang tuanya. Hal tersebut bisa jadi disebabkan karena sedari kecil anak tersebut jarang diajak berkomunikasi atau bercerita oleh orang tuanya. Sehingga anak akan kesulitan mengungkapkan apa yang ia rasakan. Dapat terjadi pula ketika anak tumbuh ke masa remaja.
Biasanya, hubungan anak dengan orang tuanya akan sedikit memiliki batas. Anak akan lebih memilah segala sesuatu yang harus disampaikan kepada orang tuanya dan banyak hal lain yang harus menjadi rahasianya sendiri. Kerenggangan tersebut jika dibiarkan akan menciptakan rasa segan satu sama lain.
- Akhirnya, hubungan dan komunikasinya memudar dengan sendirinya.
- Omunikasi antara anak dan orang tua yang kurang, bisa membuat seorang anak malas untuk berkomunikasi dengan orang tuanya.
- Bahkan, 2.
- Banyaknya kritikan dari orang tua Kritikan berlebih yang berasal dari orang tua akan membuat anak merasa tidak nyaman dengan orang tuanya sendiri.
Sebab, terlalu sering di kritik, anak akan menganggap bahwa orang tuanya tidak memahami apa yang ia sukai dan tidak menghargai apa pun yang ia usahakan. Hal yang tidak mengenakkan tersebut jika berjalan dan dirasakan setiap hari, tidak mustahil akan merenggangkan hubungan antara orang tua dan anak itu sendiri.
Alih-alih hormat dan patuh kepada orang tua, anak malah lebih memilih untuk melawan dari segala hal yang orang tua perintahkan. Oleh karena itu, sebaiknya sebagai orang tua kita harus mampu percaya kepada anak dan membiarkan dia untuk memutuskan segala sesuatu yang akan jalaninya sendiri. Selain itu, kita juga harus memberi anak apresiasi sebagai bentuk menghargai segala bentuk usaha dan hal yang ia lakukan.3.
Lingkungan yang buruk Lingkungan juga termasuk salah satu faktor terkuat yang membentuk anak menjadi pribadi yang bahkan jauh berbeda dari yang orang tuanya ajarkan. Tumbuh dalam lingkungan yang memperlihatkan bagaimana orang lain atau anak seusianya melawan perintah orang tua, membuat anak menjadi merasa bahwa itu adalah hal yang boleh dan biasa.
Apakah membenci orang tua itu dosa?
Durhaka kepada orang tua merupakan salah satu dosa besar Memuliakan orang tua menjadi salah satu sebab seseorang anak menjadi ahli surga. Sebaliknya berbuat durhaka kepada kedua orang tua menjadi sebab seseorang menjadi penghuni neraka.
Apakah orang tua berdosa jika membentak anaknya?
1. Bersikap Kasar. Bersikap kasar pada anak adalah salah satu dosa orang tua kepada anak yang paling dibenci oleh Allah SWT.
Apa yang dimaksud dengan durhaka?
Ingkar terhadap perintah (Tuhan, orang tua, dsb.)
Siapa nama anak Nabi Nuh AS yang tidak taat?
Illustrasi Bahtera Nabi Nuh.a.s. Foto:Pixabay Nabi Nuh a.s adalah Rasul pertama yang diutus oleh Allah Ta’ala ke atas muka bumi ini. Nabi Nuh bernama asli Abdul Ghaffar atau Yasykur, ia merupakan putra dari Lamik bin Matta bin Idris AS. Dalam surat Al-Ankabut ayat 14, Nabi Nuh a.s dikisahkan hidup di dunia selama 950 tahun serta memiliki anak bernama Kan’an.
- Ia merupakan anak Nabi Nuh yang durhaka,
- Isah Nabi Nuh a.s ini disebutkan lebih dari dua puluh kali dalam Al-Qur’an.
- Di antaranya yaitu di surat Al-Araaf ayat 59-64, surat Huud ayat 25-49, serta di surat Nuh ayat 1-28.
- Dalam kisahnya, Nabi Nuh diperintahkan untuk mengingatkan kaum yang sering berbuat kezaliman dan kekufuran.
Kepada umatnya yang menyembah patung berhala, Nabi Nuh seraya berkata “Janganlah kalian menyembah apa saja selain Allah, seseungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab kemalangan dengan cara yang menyedihkan” (QS Huud: 24-26). Dijelaskan dalam buku Kisah Para Rasul terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (1973), saat berdakwah, banyak yang mencurigai Nabi Nuh punya kepentingan dengan berkedok pada kenabian.
- Menanggapi kecurigaan tersebut, Nabi menandaskan: “hai kaumku, sebagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti nyata dari tuhanku, dan diberinya aku rahmat dari sisi tuhanku, tapi rahmat itu disamarkan bagimu.
- Apa akan kami paksa kalian menerimanya, padahal kamu semua tidak suka.” “Hai kaumku, aku tak meminta harta benda (upah) bagi seruanku.
Upahku cukuplah dari Allah semata”. Kemaksiatan dan kesyrikan terus merajalela, bahkan umatnya pun menantang Nabi Nuh. Beliau lantas meminta pertolongan Allah SWT dan mendoakan kebinasaan semua kaum kafir sebagaimana tertuang dalam surat Nuh ayat 26-27.
- Illustrasi kapal Nabi Nuh.
- Foto:Pixabay Allah kemudian menjawab doa Nabi Nuh.
- Allah memerintahkan kepadanya untuk membuat sebuah kapal besar dan mengumpulkan kaum beriman, bermacam tumbuhan, dan berpasang-pasang binatang.
- Belum pernah ada kapal sebesar yang dibuat Nabi Nuh sebelumnya, juga sesudahnya.
- Nabi Nuh dan pengikutnya mengumpulkan kayu dan mulai membuat kapal besar di tengah daratan, tidak di pinggir sungai atau pantai.
Dari keempat putranya, Kan’an merupakan anak tertua dan salah satu yang durhaka kepada ayahnya sendiri. Kan’an menyembunyikan kebenciannya kepada ayahnya serta berpura-pura beriman. Tiba waktunya bencana akan datang, Kan’an yang kafir itu tak mau ikut meski sang ayah telah memintanya.
- Allah SWT membongkar kemunafikannya serta tidak memasukannya ke dalam golongan yang selamat.
- Saat bahtera Nuh mulai berlayar, Kan’an tak mau masuk ke dalam kapal dan tetap ingin menyelamatkan diri menuju puncak sebuah gunung.
- Illustrasi banjir besar pada kisah Nabi Nuh.
- Foto:Pixabay Dikisahkan dalam buku 25 Kisah Nabi & Rasul karya Aan Wulandari, Nabi Nuh memanggil anaknya, “wahai anakku naiklah ke kapal bersama kami.
Janganlah kamu bersama-sama orang yang kafir.” Kan’an menjawab, “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menyelamatkanku dari bah.” Nabi Nuh lantas menjawab, “tidak ada yang melindungi dari azab Allah pada hari ini selain Allah Yang Maha Penyayang”.
Mengapa seorang anak harus mendoakan kedua orang tuanya yang telah meninggal dunia?
Ahad 17 Apr 2022 21:07 WIB – REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Seorang anak sudah sepatutnya selalu mendoakan kedua orang tuanya saat ajal sudah menjemput mereka. Hal ini karena doa anak akan menjadi tumpuan orang tua saat berada di alam akhirat. Dalam ajaran Islam telah dijelaskan bahwa terdapat tiga amal perbuatan yang tidak pernah terputus ketika ajal menjemput kedua orang tua kita.
Hal ini sudah ditegaskan dalam sebuah hadis yang artinya, “Bila manusia telah mati maka putuslah semua amal perbuatannya kecuali tiga hal, yaitu Shadaqah jariyah, ilmu pengetahuan yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendo’akannya. (Shahih Muslim, IV, 71-72), Hadis ini secara tersirat menjelaskan bahwa untaian doa seorang anak kepada orang tuanya menjadi sangat berarti bagi ketenangannya di alam barzah.
Doa anak diibaratkan air yang bisa menyejukkan dan menyegarkan dahaga saat di padang tandus. Namun, apakah doa anak shaleh tersebut sampai kepada orang tua yang telah meninggal? Padahal, Allah telah berfirman, “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya “.
- QS Al-Najam : 39).
- Terkait hal ini terjadi perbedaan pendapat dalam mazhab.
- Menurut mazhab Imam Syafi’i seseorang tidak bisa memberikan manfaat dalam bentuk apa pun kepada orang tua yang sudah meninggal.
- Sementara, mazhab Imam Hanafi, Imam Maliki, dan mazhab Hambali berpendapat bahwa doa itu pasti sampai dan sangat bermanfaat bagi orang yang telah mati.
Menyikapi perbedaan tersebut, ulama Al-Syawkani mencoba mengambil jalan tengah di antara kedua pendapat tersebut. Menurut dia, keberadaan anak tersebut juga termasuk dalam usaha yang dilakukan oleh orang tua, sehingga hal itu termasuk dalam bingkai makna ayat dalam surah Al-Najam tersebut.